DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
RIZKY ZULKARNAIN
EKA PRILA MULIA
RIZKI AMALIA
MAN PARUNG PANJANG
02 FEBUARI 2013
Daftar isi:
Menjelaskan
Pengertian Peta
Mengklasifikasikan
peta
Menjelaskan
komponen-komponen peta
Menlakukan
pengukuran arah dalam peta
Menginterpretasi
peta
Menjelaskan
syarat peta yang baik dan benar
Mengidentifikasi
proyeksi peta
Menjelaskan
cara memperbesar / memperkecil peta
Mencari
/ menghitung skala peta
Menghitung
kemiringan lereng pada peta kontur
PENGERTIAN PETA
Di jaman yang semakin
maju ini peta menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan
pembangunan diberbagai bidang, seperti bidang pertanahan, pertanian,
perkebunan, industri dan perdagangan, pelayaran, penerbangan, pendidikan, tata
ruang wilayah, politik dan keamanan, dan lain-lain. Terlebih untuk peta-peta
tematik yang sifatnya lebih khusus dan spesifik, sudah menjadi kebutuhan hampir
setiap lembaga, lebih-lebih yang bergerak di bidang perencanaan dan pembangunan
suatu wilayah dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional.
Pada
hakekatnya peta adalah sebuah alat peraga (Sandy, 1986), karena melalui peta
seseorang akan dapat menyampaikan sesuatu ide kepada orang lain. Ide tersebut
dapat berupa gambaran tentang bentuk-bentuk muka bumi, distribusi penduduk,
penggunaan lahan di suatu tempat, kesuburan tanah, kedalaman air laut,
penyebaran iklim, dan lain-lain yang terutama berkaitan dengan aspek keruangan
(spasial).
Peta
adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil dengan
menggunakan skala dan digambar di atas bidang datar sebagai kenampakan jika
dilihat dari atas dan ditambah dengan tulisan sebagai identitas.
Untuk mempelajari seluk
beluk penggambaran permukaan bumi atau peta diperlukan pengetahuan khusus yang
mempelajari tentang peta yang dinamakan Kartografi
KLASIFIKASI
PETA
1.
Berdasarkan skala
§
Peta
kadaster, berskla 1 : 100 – 1 : 5.000
§
Peta
skala besar, berskala 1 : >5.000 - 1 : 250.000
§
Peta
skala sedang, berskala 1 : >250.000 - 1 : 500.00
§
Peta
skala kecil, beskala 1 : > 500.000 - 1 : 1.000.000
§
Peta
geografi, berskla 1 : > 1.000.000
2. Berdasarkan Isinya
§
Peta
umum : peta yang menggambarkan segala sesuatu yang ada dalam suatu daerah yang
dipetakan. Contoh : peta topografi, peta chorografi, peta dunia
§
Peta
khusus/ tematik : peta yang hanya menggambarkan kenampakan tertentu saja atau
menggambarkan satu aspek saja. Contoh peta kepadatan penduduk, peta geologi,
peta navigasi, peta pariwisata, peta kontur dll
3.
Berdasarkan bentuk
§
Peta
foto : yang dihasilkan dari mosaik foto udara/ortofoto yang dilengkapi garis
kontur, nama, dan legenda.
§
Peta
garis : peta yang menyajikan detail alam dan
buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan. Misal: peta rupa bumi
(topografi), peta tematik.
KOMPONEN-KOMPONEN PETA
a.
Judul Peta
Judul
peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian
atas peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang
digambarkan oleh peta tersebut.
b.
Orientasi Peta/ Penunjuk Arah
Merupakan
gambar penunjuk arah mata angin, pada umumnya peta berorientasi Utara,
diletakkan di sudut kanan atas atau tempat lain yang kosong
c.
Skala
Skala
adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak
yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :
1)
Skala angka/numerik
Skala
yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta 1: 200.000, skala peta 1 :
1.000.000 dan sebagainya
2)
Skala Garis/Grafik
Skala
yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbandingan pada
setiap ruasnya.
Contoh
0
1
2
3
3)
Skala kalimat/verbal
Skala
Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak
dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh
: One Inch to two miles
1.
d.
Legenda/keterangan
Legenda
adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan penjelasan
tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
1.
e.
Garis koordinat astronomi
Garis
ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri
dari garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan
menujukkan berapa derajat, berapa menit dan berpa detik.
1.
f.
Lattering/tata tulis
Adalah
tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek
daratan ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis
dengan huruf miring.
1.
g.
Sumber dan Tahun pembuatan
Sumber
peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun pembuatan
sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan sekarang ataua
kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan buatan
1.
h.
Inset
Inset
adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta
utama. Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
1.
i.
Garis tepi
Berfungsi
mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua
1.
j.
Tata warna
Tata
warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi
warna adalah sebagai berikut :
1)
membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut
2)
memberikan kualitas dan kuantitas peta
3)
keindahan ( estetika)
1.
k.
simbol
Simbol
adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapa
pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri
sebagai berikut.
Peta dianggap baik dan benar (Sandy ,1986:1-2) setidaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut:ü peta tidak boleh
‘membingungkan’ü mudah dipahami atau dimengerti, sehingga tidak boleh
serumit kenampakan aslinyaü menggambarkan cukup teliti sesuai
temanyaü indah dipandangAgar peta tidak membingungkan bagi para pengguna,
maka peta harus dilengkapi dengan: legenda/keterangan, skala peta, judul peta,
inset peta.Agar peta mudah dimengerti/ditanggkap maknanya oleh pengguna
peta, maka peta harus menggunakan: tata warna, simbol, proyeksi peta.
Sedangkan dalam aspek ketelitian peta sangat terkait dengan tujuan peta dan
jenis peta serta skala peta yang akan dibuat.
Fungsi
dan Tujuan Pembuatan Peta
Fungsi:
§
Menunjukkan
posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat
lain di permukaan bumi).
§
Memperlihatkan
ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan
bumi).
§
Memperlihatkan
bentuk (benua, negara, provinsi, gunung, lembah, dll).
§
Mengumpulkan
dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikan di atas peta, melalui
media simbol.
Tujuan
pembuatan peta
§
Untuk
komunikasi informasi ruang
§
Untuk
menyimpan informasi
§
Untuk
membantu pekerjaan: konstruksi jalan, navigasi, perencanaan, media
pembelajaran.
§
Untuk
membantu dalam suatu desain, misal: desain tata ruang wilayah, jalan, dll.
§
Untuk
analisis data spatial, misal: perhitungan volume, evaluasi lahan, dll.
a.
Judul Peta
Judul
peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian
atas peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang
digambarkan oleh peta tersebut.
1.
b.
Orientasi/arah
Biasanya
merupakan gambar arah mata angin dengan arah utara sebagai pedoman
sehingga tidak mengganggu informasi yang ada di dalam peta.
1.
c.
Skala
Skala
adalah perbandingan antara jarak yang terdapat pada peta dengan jarak yang
sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
:
1)
Skala angka/numerik
Skala
yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta 1: 200.000, skala peta 1 :
1.000.000 dan sebagainya
2)
Skala Garis/Grafik
Skala
yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbendingan pada
setiap ruasnya.
Contoh
0
1
2
3
3)
Skala kalimat/verbal
Skala
Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak
dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh
: One Inch to two miles
1.
d.
Legenda/keterangan
Legenda
adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan penjelasan
tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
1.
e.
Garis koordinat astronomi
Garis
ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri
dari garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan
menujukkan berapa derajat, berapa menit dan berpa detik.
1.
f.
Lattering/tata tulis
Adalah
tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek
daratan ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis
dengan huruf miring.
1.
g.
Sumber dan Tahun pembuatan
Sumber
peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun pembuatan
sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan sekarang ataua
kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan buatan
1.
h.
Inset
Inset
adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta
utama. Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
1.
i.
Garis tepi
Berfungsi
mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua
1.
j.
Tata warna
Tata
warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi
warna adalah sebagai berikut :
1)
membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut
2)
memberikan kualitas dan kuantitas peta
3)
keindahan ( estetika)
1.
k.
simbol
Simbol
adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapa
pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian
tersendiri sebagai berikut.
1.
1.
Komponen Peta
Apabila
anda cermati atau perhatikan pada setiap peta-peta, di dalamnya kita jumpai
berbagai komponen yang menjadi bagian atau kelengkapan peta, seperti: judul peta,
skala peta, simbol, keterangan/legenda, koordinat geografis, orientasi/arah,
inset peta, dan lain-lain. Komponen peta tersebut merupakan bagian penting dan
salah satu persyaratan dari sebuah peta yang baik. dan benar.
Ada
beberapa perbedaan antara komponen peta umum (Rupabumi/topografi) dan
peta khusus atau peta tematik. Pada peta umum komponen peta lebih
kompleks dan standar atau baku. Sebagai contoh Peta Rupabumi telah memiliki
standar baku (berdasarkan konvensi), dimana baik jenis informasi tepi, komposisi,
desain tata letak, tata warna maupun simbol-simbol yang digunakan
relative sama/seragam.
Namun
untuk peta khusus atau peta tematik komponen petanya lebih sederhana dan cukup
bervariasi antara satu peta dengan peta yang lain. Tidak ada ketentuan
baku yang mengharuskan sebuah peta tematik satu dengan peta yang lain harus
sama komponennya misalnya dalam hal tata letak atau posisi informasi tepi, tata
warna dan lain-lain.
Gambar 1. Contoh Peta RBI dan komponen
informasi tepi
Komponen-komponen peta tematik
LANGKAH-LANGKAH
PEMETAAN
Pemetaan
adalah kegiatan pemrosesan data survai sampai menyajikannya menjadi
geo-informasi. Artinya bahwa pemetaan dapat dibuat di laboratorium/ studio atau
di lapangan.
Bagaimana
caranya?
1.
Secara
fotogrametri akan menghasilkan peta dasar.
2.
Secara
inderaja akan menghasilkan peta tematik.
Lalu,
apa itu survai?
Survai
adalah kegiatan pengumpulan data.
Bagaimana
caranya?
Dapat
dilaksanakan melalui:
1.
Pengukuran
(measurement) atau pengamatan (observation).
2.
Penginderaan
(sensing) dari udara (airbone) atau antariksa (spaceborne)
1.
Pembuatan Peta Dasar Untuk Peta
Apabila kita ingin membuat peta tematik,
maka sebelumnya kita perlu menyiapkan peta dasar. Peta dasar merupakan
peta kerangka letak/lokasi yang nanti akan dilengkapi atau diisi dengan
data-data sesuai dengan
isi/tema
peta yang akan digambar. Untuk memperoleh peta dasar tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
ü
peta dasar dari pengukuran sendiri
di lapangan/lokasi yang akan
dipetakan ﻟ?
( survey terristris).
Dü peta dasar dari
kerangka peta yang telah tersedia/tergambar dipeta rupabumi (RBI), Atlas, Peta
dinding, atau Globe.
ü Gambar 5. Seseorang sedang ngeblad peta
alam
era kemajuan teknologi informasi (TI) proses pembuatan peta telah terbantu,
sehingga untuk melakukan pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan cepat
dan mudah. Pemanfaatan peta dasar yang dahulu banyak bersumber dari peta
rupabumi, sekarang sudah banyak yang beralih menggunakan citra penginderaan
jauh.
Citra
penginderaan jauh yang banyak digunakan sebagai sumber peta dasar adalah; citra
foto udara, citra satelit Landsat, citra satelit Spot, citra
satelit Ikonos, dan citra satelit Quickbird. Dengan menggunakan
citra penginderaan jauh, gambaran muka bumi yang akan dipetakan akan dapat
memberikan data dan informasi yang terkini. Kenampakan-kenampakan obyek fisik,
sosial dan budaya beserta batas-batas administratif maupun batas
geografis akan tampak. Dengan demikian kerangka letak (sebagai peta
dasar) mudah dilacak atau ditelusuri lewat citra tersebut (lihat
gambar 12. citra penginderaan jauh).
Gambar 6. Contoh Peta Dasar
Untuk membuat peta dasar
dapat dilakukan dengan membuat pemba-tas garis (deliniasi) terhadap obyek yang
akan kita gambar. Jika sumber citra penginderaan jauh dapat langsung kita
gambar; Jika dari sumber peta rupabumi dan skalanya.
berbeda
bisa melalui bantuan pantograf Jika mempunyai sarana komputer
yang dilengkapi software (perangkat lunak) program berbasis peta, maka
langsung dapat dilakukan dijitasi pada obyek di layar monitor (digitasi on
screen) atau dengan meja digitizer.
.
2. Penetuan Arah / orientasi peta
Perlu
kita ketahui bahwa orientasi atau penunjukkan arah pada peta, tidak selamanya
peta berorientasi utara (utara di sebelah atas). Kadang ada pula peta
berorientasi selatan, barat, atau timur, sesuai dengan kepentingannya.
Selain itu pula perlu diperhatikan bahwa utara yang dipakai dalam peta ada tiga
arah utara yaitu: utara geografis, utara magnitis, dan utara meridian.
Utara geografis (true north/TN/US) adalah utara yang melalui kutub utara dan
kutub selatan bumi. Utara magnitis (magnetic north/MN/UM) adalah utara yang
melalui kutub magnit bumi. Sedangkan Utara Meridian (Grid North/Meridian
North/GN/UTM) adalah utara yang sejajar dengan meridian sentral dan tegak lurus
standar paralel setempat.
Dalam
implementasinya di dalam pembuatan peta kita dapat menggunakan ketiga-tiganya
(Peta RBI), tetapi juga dapat diambil salah satu dari padanya. Sebab jika suatu
tempat satu sudah diketahui arahnya, maka arah yang lain dapat diketahui pula.
Contoh arah dalam PetaUS =
Utara Sebenarnya (Geografi)
UG= Utara grid (UTM)
UM= Utara magnetik
UM
US UG
150
130
3.
Merancang Simbol Peta Tematik
Setelah kerangka letak/lokasi tersedia,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan simbol-simbol yang akan
digunakan untuk penggambaran peta tematik. Perlu diketahui bahwa peta
adalah suatu media komunikasi grafis, dengan demikian informasi yang
ditampilkan dalam peta berupa simbol-simbol. Bahkan untuk peta tematik,
simbol merupakan informasi pokok, karena untuk menunjukkan tema suatu
peta. Hal-hal yang penting dalam merancang simbol peta tematik, antara
lain: menentukan jenis simbol, besaran/ukuran simbol, warna simbol, jumlah
simbol dan posisi simbol akan diletakkan. SIMBOL YANG BAIK:
v kecil
v terang/jelas
v mudah digambar
DATA PETA TEMATIK:
v data primer : surve
lang-sung lapangan;
v data sekunder: dari
kan-tor statistik, buku-buku laporan.
Simbol
yang baik adalah yang mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan suatu
keterangan/legenda. Selain itu simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah
digambar. Dalam pemetaan tematik penggambaran simbolnya tidaklah seketat
pada simbol peta-peta umum atau peta Rupabumi (RBI).
Simbol
peta tematik lebih sederhana dan dibolehkan untuk merancang simbol sendiri
sepanjang simbol tersebut memiliki relevansi dengan unsur atau obyek yang
digambarkan. Sedangkan symbol untuk peta umum (RBI atau Topografi) sudah
ada pembakuan secara khusus (seragam berdasarkan konvensi asosiasi kartografi
Internasional).
Telah
kita ketahui bersama bahwa peta merupakan citra geospasial yang dapat
mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang Pengaruh peta ini sebagian
karena adanya kesepakatan konvensi dan sebagian lain karena adanya
karakteristik umum grafik yang digunakan. Konvensi memegang peranan penting
terutama dalam pemetaan topografis. Sebagian besar symbol yang digunakan dalam
peta RBI atau topografi telah diwariskan kepada kita semenjak abad 18. Di
antara konvensi tersebut adalah bahwa perairan digambarkan dengan warna biru,
hutan dengan hijau tua, daerah permukiman dan perkotaan disimbolkan dengan
warna merah, abu-abu, atau warna merah jambu.
Data
yang harus divisualisasikan akan selalu mengacu kepada obyek atau fenomena
nyata. Ia dapat dalam bentuk ketinggian yang diukur sepanjang jaringan lalu lintas,
jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, atau volume sebuah bukit dalam
ribuan meter kubik.
Dalam
kartografi kita menggunakan simbol titik (dot), symbol garis (dash) dan
simbol bidang (patches) untuk mempresentasikan lokasi dan atribut-atribut data
titik, garis, wilayah dan volume obyek.
Contoh simbol Peta Umum (Rupabumi)
Contoh
simbol Peta Tematik
Persoalan penting lagi yang perlu
diperhatikan ketika akan merancang simbol peta tematik adalah
melakukan analisis data-data sekunder atau data primer yang akan dituangkan ke
dalam peta. data sekunder biasanya berupa data-data statistik yang telah tersedia
di buku-buku laporan BPS. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh si pembuat peta. Pada saat
melakukan analisis data tersebut harus dikaitkan secara langsung dengan
unsur, besaran dan sifat data yang akan dipetakan. Apakah unsur
data berupa unsur buatan manusia (man made features), unsur
perairan (hydrography), unsur relief (hypsography), atau unsur
tumbuh-tumbuhan (vegetation). Sedangkan besaran data sangat tergantung
data sekunder atau data statistik yang tersedia; ditinjau dari sifatnya, data
dapat berupa data kuantitatif maupun data kualitatif .
Tata
letak Peta Tematik
Merancang
tata letak peta merupakan tahapan kerja yang penting diperhatikan bagi setiap
orang yang akan menggambar peta. Hal itu dimaksudkan agar peta benar-benar
komunikatif, mudah dibaca dan ditafsirkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pengguna peta.
Adapun
unsur-unsur peta yang perlu ditata posisinya adalah: judul peta, skala peta,
keterangan/legenda, koodinat lintang dan bujur, inset peta, sumber data,
dan informasi- informasi lain. Unsur-unsur tersebut sedapat
mungkin ditempatkan pada komposisi yang seimbang (balance) dalam tata
letak informasi tepi. Selain itu ukuran huruf (text), tipe huruf (style) perlu
dipertimbangkan besar-kecilnya.
Pada
umumnya peta tematik meng-gambarkan daerah yang berbentuk pulau, propinsi,
kabupaten, kecama-tan, desa, suatu negara atau dapat pula kawasan hutan, daerah
aliran sungai, dan lain-lain. Daerah atau wilayah tersebut memiliki variasi
bentuk kerangka letak yang berma-cam-macam. Oleh karena itu penyu
sunan tataletak informasi tepi peta harus menyesesuaikan, dengan tetap
berpedoman pada prinsip keseim-bangan.
tata letak dalam peta tematik.
1. Judul peta
2. Skala
3. Petunjuk arah
4. Legenda/keterangan
5. Sumber peta
6. Pembuat peta
7. Koordinat geografis
8.
Inset
peta
5. Pencetakan Peta
Setelah pekerjaan ploting simbol dan
penyusunan komposisi informasi peta dilakukan, dan sudah dianggap cukup, maka
dilakukan pencetakan peta. Teknologi pencetakan peta ternyata sekarang
mengalami kemajuan yang luar biasa. Dahulu bila ingin mencetak atau
menggandakan peta, maka diperlukan proses yang relatif panjang, karena harus
melewati proses pembuatan film terlebih dahulu. Sekarang cetak peta dapat
dilakukan tanpa film. Berkat kemajuan teknologi dijital gambar peta dapat
langsung dicetak dengan biaya yang relatif lebih efisien dan kualitas hasil
peta yang lebih bagus.
Gambar 07. Alat Pencetak
Peta
Pada
awal sebelum adanya kemajuan teknologi kom-puter, penggambaran dan pencetakan
peta dilakukan secara manual (digambar tangan manusia). Hal itu tentu
memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan hasilnyapun kurang sempurna.
Jumlah dan jenis peta tematik dipasaran belum banyak bila dibanding deng-an
peta-peta umum. Peta tematik biasanya dibuat ber-dasarkan atas kepentingan yang
lebih khusus, antara pengguna satu dengan yang lain belum tentu sama.
Tahapan
Langkah Pemetaan Tematik
ANALISIS DATA
(sekunder & primer)
SKALA
PETA
Secara
sederhana skala peta merupakan perbandingan jarak horizontal kedua titik
sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu dipermukaan bumi
(dengan satuan ukuran yang sama). Namun ada sesuatu pemahaman terhadap skala
yang lebih dari sekedar perbandingan jarak, yakni bahwa skala peta juga dapat
memberikan makna pada tingkat kedetilan peta. Dalam arti, bahwa semakin besar
skala peta, maka tingkat ketetilan peta akan semakin tinggi, sebaliknya semakin
kecil skala peta, maka tingkat kedetilannya juga semakin rendah.
Batasan
antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan secara baku.
Hal itu mengingat bahwa pemahaman seseorang terhadap besaran skala peta sangat
bergantung pada peran dan fungsi peta yang bersangkutan dalam konteks
kepentingan apa. Sebagai contoh, seorang ahli perencanaan tata ruang kota, peta
skala 1 : 100.000 dianggap skala kecil, tetapi sebaliknya bagi seseorang ahli
ekonomi regional peta skala tersebut sudah dianggap sangat besar.
Namun,
untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokan produk peta rupabumi
BAKOSURTANAL, sebagai berikut.
Tabel 01. Macam Skala Peta Rupabumi
SKALA
PETA
|
Jarak
1 cm di peta mewakili jarak horizontal di lapangan
|
1 : 10.000
|
100 meter
|
1 : 25.000
|
250 meter = ¼ km
|
1 : 50.000
|
500 meter = ½ km
|
1 : 100.000
|
1000 meter = 1 km
|
1 : 250.000
|
2.500 meter = 2,5 km
|
1 : 500.000
|
5.000 meter = 5 km
|
1 : 1.000.000
|
10.000 meter = 10 km
|
Skala
peta/citra merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya. Makin kecil skala
suatu peta, maka semakin banyak generalisasi yang perlu dilakukan terhadap peta
tersebut dan peta/citra skala besar sudah tidak terpakai lagi. Hubungan
antara skala peta/citra dan tingkat kerincian informasi yang diperoleh adalah
bahwa semakin besar skalanya maka semakin rinci informasi yang bisa diperoleh.
Skala peta akan mengendalikan tingkat kerincian ketersediaan informasi dasar.
Sebagai contoh, peta geologi dapat dibagi menjadi empat jenis (modifikasi dari
Barnes, 1981 dan Peters, 1986), yaitu:
1.
Peta
tinjau (reconnaissance):
dibuat untuk mengetahui sebanyak mungkin geologi sesuatu daerah yang belum
dikenali dengan waktu cepat. Peta tersebut biasanya dibuat berskala
1:25.000–1:50.000 kadang lebih kecil lagi.
2.
Peta
geologi detil: peta geologi berskala besar, umumnya
disusun atau mengacu berdasarkan data peta tinjau atau peta geologi regional
dan menggunakan satuan tak resmi, yaitu satuan batuan. Skala-skala peta ini
berkisar antara 1:10.000 hingga 1:5.000. Peta-peta ini biasanya dibuat untuk
menyelidiki sesuatu masalah geologi yang khusus atau tujuan keekonomian seperti
penyelidikan bahan galian.
3.
Peta
khusus: berskala besar yang dibuat secara
terperinci pada daerah terbatas untuk merekam sifat-sifat khusus geologi.
Umumnya peta khusus dibuat untuk tujuan ekonomi, seperti peta daerah peta
sebaran lapisan batubara atau bahan galian, peta geologi bawah permukaan, peta
geofisika dan geokimia rinci. Umumnya berskala 1:500 hingga 1:2.000.
4.
Peta
geologi regional: secara resmi
dikeluarkan oleh P3G berskala 1:100.000 dan menggunakan satuan resmi, yaitu
formasi. Umumnya peta geologi regional dibuat dibantu oleh fotogeologi secara
bersistem, kadang disertai data hasil geokimia, geofisika dan pemboran.
Senarai:
§
Fakta
adalah keadaan atau kejadian yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar
terjadi atau apa adanya dari suatu obyek dan bersifat bebas nilai.
§
Data
adalah fakta yang direkam dengan metode tertentu (agar objektivitas terjamin).
§
Informasi
adalah data yang telah diolah untuk suatu kepentingan. Oleh karena itu
informasi adalah kekuasaan, artinya barang siapa yang menguasai informasi, maka
padanya terletak kekuasaan dan keleluasaan memilih alternatif tindakan
sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Beberapa
Cara Menyatakan Skala Peta
Secara
umum skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu:
1.
Cara
numerik atau angka, misalnya: 1 : 5000; 1 : 10.000; 1 : 1000.000; dan
lain-lain.
2.
Cara
grafis, seperti gambar di bawah ini
0
1
2
3
4 5 Km
!_____!_____!_____!_____!_____!
0
1
2
3
4 5 Cm
1.
Cara
verbal :
1 cm
per 10 km; 1 inch to seven miles
Mencari
Skala dari suatu peta yang skalanya tidak tercantum atau tidak diketahui
Ada
beberapa cara untuk mencari skala suatu peta yang tidak diketahui skalanya.
1.
Membandingkan
dengan peta lain yang daerahnya sama dan tercantum skalanya.
Untuk memudahkan perhitungan dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P2
= Penyebut skala yang akan dicari
P1
= Penyebut skala yang diketahui skalanya
d1
= Jarak pada peta yang sudah diketahui skalanya
d2 =
jarak pada peta yang dicari skalanya
1.
Membandingkan
suatu jarak horizontal di lapangan dan jarak yang mewakilinya pada peta.
Contoh:
Jarak
Titik A – B dalam peta = 10 cm
Jarak
titik A – B diukur di lapangan = 5 km (500000 cm)
Jadi
skala petanya adalah:
10
cm
Skala
peta = —————
500.000
cm
=
1/50.000 atau skala 1 : 50.000
1.
Dengan
cara menghitung jarak dua buah garis lintang (paralel)
Contoh:
Jarak
lengkung 1º paralel di permukaan bumi 110,56 km (111 km)
Jarak
1º di peta diukur dengan penggaris 1,5 cm
Jadi
skala peta tersebut adalah: 1,5 cm : 111 km (11.100.000 cm)
Atau
skala 1 : 7.400.000
1.
Dengan
cara menghitung kontur interval khususnya pada peta rupabumi Indonesia
Contoh:
75
100
125
Peta
tersebut di atas memiliki interval kontur 25 m, dengan demikian dapat
dihitung skala petanya adalah:
Ci
= 1/2000 x Penyebut skala
25
= 1/2000
=
25 x 2000 = 50.000
atau 1 : 50.000
Memperbesar
dan memperkecil skala peta
Pada
dasarnya skala peta dapat kita perbesar daperkecil sesuai keinginan atau kepentingan
kita. Ada beberapa cara yang dapata dilakukan untuk memeperbesar dan
memperkecil skala peta, yaitu:
1.
Dengan
sistem grid bujur sangkar (grid square)
2.
Dengan
alat pantograph
3.
Dengan
foto copy
4.
Dengan
menggunakan computer yang dilengkapi dengan perangkas lunak (software GIS)
berbasis peta.
Sistem
Grid Bujur Sangkar
Cara
ini sering juga disebut metode Union Jack
Contoh:
Dengan
alat Pantograf
Suatu
alat memperbesar/memperkecil skala yang bekerjanya berdasarkan prinsip
paralelogram. Alat ini paling banyak dijumpai di lembaga-lembaga perpetaan.
Teknis operasionalnya juga relative mudah, namun sifatnya masih manual.
Dampak
Perubahan Skala Pada Peta
Seorang
pengguna peta perlu juga memahami dampak perubahan skala dalam membaca peta.
Proses pengecilan peta dikenal dengan istilah generalisasi, misalnya dari skala
1 : 50.000 menjadi skala 1 : 25.000 (lihat gambar 01). Generalisasi adalah
proses penyerderhanaan peta yang disebabkan adanya pengecilan atau turunan peta
dari skala besar ke skala kecil dengan mempertahankan cirri/karakteristik utama
dari peta yang bersangkutan.
Adapun
ahal-hal yang dilakukan dalam generalisasi adalah : pemilihan, penyerderhanaan,
kombinasi, pembesaran.
Gambar
01. Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda
(dari skala 1 : 10.000 ke 1 : 50.000)
dengan cara generalisasi
|
||||||
Detail
obyek pada skala 1 : 25.000 tidak dapat dikenali
pada skala 1 : 50.000 –à maka perlu
penyederhanaan
Skala
1 :
20.000
1 : 10.000
Pembuatan
peta skala 1 : 10.000 dari data skala 1 : 25.000
tidak
merubah tingkat detail informasi skala 1 : 10.000, artinya
Informasi
yang disampaikan tetap informasi skala 1 : 25.000
Contoh
merubah skala peta
Masalah
umum yang timbul dalam kartografi adalah apabila peta akan diubah skalanya.
Pelaksanaannya akan mudah apabila kita selalu ingat akan:
§
Arti
atau maksud pada masing-masing skala
§
Bahwa
1 mil = 63.360 inchi dan 1 inci = 2,54 cm
§
1
mil = 1,60934 km
§
1 km
= 0,621 mil
§
1
kaki = 0,3048 m
Contoh
1:
Diketahui
: Skala angka 1 : 100.000
Ditanyakan
: ubah ke tipe skala lain
Jawab:
1
inci pada peta sesuai dengan 100.000 inci di lapangan atau sesuai
150.000
§
———–
mil = 1,36 mil atau skala 1 inci : 3,36
mil( 1 inch to 1,36
63.360
Miles)
§
1 cm
pada peta sesuai dengan 100.000 cm di lapangan atau sesuai dengan 1 km di
lapangan.
§
Skala
grafiknya :
0
1
2
3
4 5 km
!———!——–!——–!——–!——–!
Contoh
2:
Diketahui
skala graffik sepanjang 5 cm yang menunjukkan 10 mil
Ditanyakan
rubah ke tipe skala yang lain.
Jawab:
§
5 cm
pada peta sesuai dengan 10 mil di lapangan.
5/2,54
inci = ± 2 inci di peta sesuai dengan 10 mil di lapangan.
Skala
inci disbanding milnya adalah 1 inci : 5 mil ( I inch to 5 miles)
§
1
inci pada peta sesuai dengan 5 mil di lapangan atau sesuai dengan
5 x
63.360 = 316.800 inci di lapangan
Skala
angkanya adalah: 1 : 316.000
PENGGUNAAN
PETA
Peta merupakan cermiman berbagai tipe
informasi muka bumi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber data dan informasi
spasial yang cukup baik. Namun demikian untuk dapat menggunakan peta
dengan baik diperlukan tuntunan dalam pemakaiannya. Ada tiga tahapan dalam
menggunakan peta, yaitu: 1) tahap pembacaan; 2) tahap analisis; dan 3) tahap
interpretasi.
1.
Membaca
Peta
Membaca
peta merupakan tahapan pertama dalam penggunaan peta, yakni mencoba
mengidentifikasi symbol, membaca apa arti symbol. Untuk dapat melakukan
pekerjaan ini, seseorang harus mengetahui tentang bahasa peta. Bahasa peta
adalah informasi tepi peta yang meliputi: judul, nomor lembar peta, skala,
orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi peta, legenda, administrasi indek.
Dengan
demikian begitu melihat symbol di dalam peta, pengguna akan menjadi jelas
mengenai makna ataupun bentuk unsure lingkungan apa yang tergambar dalam
peta. Kesalahan yang sering terjadi adalah pengguna langsung berusaha
menterjemahkan arti symbol-simbol tanpa mempelajari keterangan/legenda dan
informasi tepi yang lain terlebih dahulu.
1.
2.
Analisis Peta
Di
dalam analisis peta, akan lebih baik apabila dilakukan oleh mereka yang
mempunyai latar belakang pengetahuan ilmu-ilmu kebumian, antara lain
pengetahuan geologi, geomorfologi, pertanian, kehutanan, kerekayasaan dan pakar
lain yang berbasis keruangan. Meskipun analisis peta rupabumi dilakukan sesuai
tujuan pembuatan peta, tetapi pendekatan utamanya adalah berdasarkan
karakteristik geomorfologi.
Untuk
sistematika analisisnya perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:
1 Analisis harus
dikerjakan secara bertahap.
2
Mulailah dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus/detil.
3
Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga
bentuk-bentuk yang sulit atau belum diketahui.
Cara
analisis peta dilakukan dengan memperhatikan pola garis kontur dan data
geomorfologi, sehingga pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik
geomorfologinya. Oleh karena itu, analisis dapat dilakukan secara kuantitatif
maupun kualitatif. Demikian pula dengan analisis citra dilakukan dengan
memperhatikan unsur dasar pengenalan dan unsur dasar penafsiran dengan
pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik geomorfologinya. Unsur
dasar pengenalan meliputi bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona, tekstur,
hubungan sekitar dan lokasi. Untuk unsur dasar penafsiran terdiri dari
bentuklahan, pola pengaliran, tumbuhan penutup dan hasil budi daya manusia.
Dengan
kata lain, analisis peta rupabumi atau citra adalah tindakan penyederhanaan
fenomena-fenomena yang kompleks dari pola garis kontur, unsur dasar pengenalan
dan penafsiran serta karakteristik geomorfologinya. Kemudian dilakukan
pengelompokan untuk menyederhanakan atas dasar kesamaan-kesamaan perwatakan
dari struktur geologi, proses geomorfologi dan kesan topografi. Analisis peta atau
citra merupakan langkah awal dari evaluasi yang didasarkan pada identifikasi
dan interpretasi pola garis kontur, unsur-unsur pengenalan dan penafsiran serta
karakteristik geomorfologinya.
Perolehan
data dari peta atau citra dapat dijadikan data dasar untuk analisis lanjutan
yang evaluasinya dapat dilakukan secara manual maupun Sistem Informasi Geografi
(SIG). Untuk analisis data yang telah diproses harus memperhatikan macam,
banyak, sebaran dan validitas data.
3. Interpretasi Peta
Interpretasi
peta merupakan perbuatan mengkaji peta dengan maksud untuk mengidentifikasi
obyek sesuai tujuan dan latar belakang pengetahuan si penafsir. Dengan kata
lain, interpretasi adalah mengungkap sesuatu dibalik fakta. Jadi interpretasi
itu ilmiah.
Sehingga
dapat dijelaskan bahwa interpretasi peta atau citra adalah:
1.
Berupaya
melalui proses penalaran atau mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti
penting obyek yang tergambar pada peta.
2.
Berupaya
mengenali obyek yang tergambar pada peta dan menterjemahkan kedalam disiplin
ilmu tertentu seperti geologi, geografi, pertanian, kehutanan, ekologi,
hidrologi dll.
Langkah-Langkah
Interpretasi Peta
Terdapat
tiga rangkaian kegiatan utama dalam interpretasi, yaitu:
1.
Deteksi:
bersifat global, yaitu pengamatan atas adanya suatu obyek misal sungai, bukit,
lembah, gawir, dll.
2.
Identifikasi:
bersifat agak terperinci, yaitu upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi
dengan menggunakan keterangan yang cukup, misal gosong sungai, bukit
terisolasi, lembah antiklin, gawir sesar, dll.
3.
Analisis:
pengenalan akhir atau terperinci yaitu tahap pengumpulan keterangan lebih
lanjut.
4.
Mulailah
dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus/rinci
5.
Lakukan
analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentuk-bentuk
yang sulit atau belum diketahui.
Oleh karena itu, sistematika interpretasi perlu
memperhatikan tiga hal, yaitu:
1. Analisis harus
dikerjakan secara bertahap.
Selanjutnya
tiga tingkat pengetahuan yang harus diketahui dalam melakukan interpretasi adalah:
1.
Pengetahuan
ilmiah dalam bidangnya sampai pada tingkat tertentu.
2.
Pengetahuan
mengenai kondisi lingkungan fisik daerah kajian meliputi iklim, fisiografi,
geologi, hidrologi, tanah, tumbuhan penutup, penggunaan lahan.
3.
Pengetahuan
teknis tentang peta.
Atas
dasar latar belakang pengetahuan tersebut, maka:
1.
Berpikir
kreatif penting di dalam interpretasi peta, yaitu menghubungkan hal-hal atau
ide yang sebelumnya tampak tidak berhubungan.
2.
Selembar
peta tidak boleh dinilai terlalu tinggi, karena peta tidak mempunyai arti di
dalamnya tanpa kita melakukan identifikasi yang penuh dari obyek atau gejala
geologi yang memerlukan lebih banyak dari peta itu sendiri.
3.
Makna
mempelajari peta untuk berbagai survai adalah penerapan studi geologi,
geografi, tanah, kehutanan, hidrologi, kerekayasaan, vulkanologi, geologi tata
lingkungan, potensi sumberdaya mineral, bencana alam dll dengan menggunakan
peta.
4.
Tidak
ada kunci yang sederhana untuk memecahkan permasalahan interpretasi peta. Pada
dasarnya penafsiran peta merupakan proses deduktif dan dalam menarik kesimpulan
digunakan prinsip convergence of evidence.
TERIMAKASIH 02-02-2013